Berikan Anak Kepercayaan
Semua anak memiliki potensi kebaikan, yang baru bisa berkembang jika
memperoleh Kepercayaan.
Haris berlari-lari mengitari ruangan, dari sudut ke sudut, sambil sesekali
meraih dan mempermainkan benda benda yang menarik baginya. Kali ini giliran
sebuah kursi mungil warna merah yang semula tersembunyi di balik almari,
menjadi sasaran permainannya.
Bocah gemuk berusia 6 tahun itu pun segera mendorong kursi tersebut kesana
kemari, sambii menirukan derum mobil.
Tentu saja, ulahnya itu membuat malu dan jengkel ibunya, yang sedang
bertamu ke rumah tetangganya.
Mulanya sang ibu membiarkan Haris bebas bertingkah, tetapi sekarang tidak.
Suaranya sudah cukup mengganggu, dan si pemilik rumah pun nampak mulai
terganggu dengan tingkah si anak aktif ini.
lbu pun mengancam dengan suara tinggi, "Haris, kembalikan
kursinya!" , sambil matanya tajam menatap anak semata wayangnya itu. Yang
ditegur hanya menoleh sebentar, dan tanpa peduli segera meneruskan
aktifitasnya, berimajinasi sedang mengendarai mobil.
Haris, suaranya ribut sekali. Rusak nanti kursinya. Ayo berhenti!
Kembalikan!", tegur ibu untuk kedua kalinya. Kali ini Haris benar-benar cuek, tak peduli.
Bibirnya kian keras menirukan derum mobil dan "gedubrak...." jatuhlah
kursi yang ada di tangannya. Kali ini ibu sudah benar-benar naik pitam, berdiri
menghampiri Haris sambil berteriak marah, "Apa ibu bilang ... berhenti. Rusak
kursi itu nantinya. Berdiri dan kembalikan !"
Didamprat seperti itu tidak membuat
nyali Haris surut. Dengan tajam matanya membalas tatapan ibunya, tangannya erat
memegang kursi yang terjatuh di lantai. "Nggak! Nggak mau....!"
Melihat reaksi melawan dari anaknya, ibu semakin jengkel dan berusaha memegang
tangan anak itu,
"Anak nakal !". Tetapi
kini si anak pun semakin marah, mengibaskan tangannya, menatap ibunya dengan
pandangan marah.
Melihat suasana yang semakin panas antara ibu dengan Haris, si pemilik
rumah berinisiatif menengahi. "Nggak..., Haris nggak nakal kok ya.
Sudahlah Bu, biarkan saja. Haris kan anak yang bertanggung jawab. Nanti juga
kalau sudah selesai bermain akan ia kembalikan sendiri di tempatnya. Bukan
begitu, Haris ?"
Sungguh sebuah komentar yang sejuk, membuat Haris terperangah, emosinya
mendadak sirna. Dengan tatapan aneh Haris memandang tetangganya itu, nampak sedang memikirkan sesuatu. Ajaib, karena sebentar kernudian anak ini pun
berdiri, nampak sudah lebih tenang, mengangkat kursi yang terjatuh,
mendorongnya sambil matanya menatap ibunya , dan mengembalikan kursi itu ke
tempatnya !
Respon positif yang ditunjukkan Haris, adalah berkat kepercayaan yang
diberikan tuan rumah kepadanya. Sebutan sebagai anak yang bertanggung jawab,
dan keyakinan bahwa ia akan mengembalikan kursi itu ke tempatnya seusai
bermain, benar-benar membuat Haris bersemangat untuk berbuat seperti
persangkaan itu. Kepercayaan yang ia terima telah menumbuhkan sebuah energi dan
motivasi untuk menjaga kepercayaan tersebut
Energi Dahsyat
Kepercayaan merupakan salah satu bentuk pengakuan dari satu pihak kepada
pihak yang lain.
Secara alamiyah seseorang yang dipercaya akan berusaha menjaga kepercayaan
tersebut dengan sungguh-sungguh. Perasaan seperti itu bukan hanya monopoli
orang dewasa, anak-anakpun mempunyai perasaan yang sama.
Dalam kasus Haris di atas, ia tiba-tiba mempunyai energi yang dahsyat
untuk merubah perilakunya. Sang ibupun tak pernah menyangka jika Haris
tiba-tiba menjadi anak yang bertanggung jawab, sebagaimana yang diucapkan oleh
sang tuan rumah.
Prasangka, merupakan salah satu manifestasi kepercayaan. Prasangka baik
menunjukkan adanya kepercayaan, sebaliknya prasangka buruk menunjukkan
ketiadaan kepercayaan. Prasangka baik akan menumbuhkan energi untuk menjaga
kepercayaan tersebut, sebaliknya prasangka buruk akan menimbulkan perasaan
benci, terhina, dan keinginan untuk berbuat negatif seperti yang diprasangkakan
itu.
Berprasangka Baik Kepada Anak
Berprasangka baik kepada anak yang berperilaku baik, merupakan pekerjaan
mudah. Akan tetapi membangun prasangka baik terhadap anak yang bertingkah
buruk, bagaimana memulainya ?
Keragu-raguan seperti inilah yang membuat ibu Haris sulit untuk
berprasangka baik kepada anaknya, sebab si anak aktif itu memang sudah sering
membuat masalah di mana saja, dan kapan pun juga.
Untuk menghilangkan keragu-raguan ini, orang dewasa sebaiknya mengadakan
feed back, meninjau ulang tentang hal-hal yang berkaitan dengan terbentuknya
kepribadian anak.
Pertama, hendaknya diyakini bahwa pada awalnya semua anak terlahir dalam
fitrah yang bersih seperti kertas putih. Orang tualah yang paling banyak
berperan mengarahkannya, menjadi anak yang berkepribadian baik atau buruk.
Kedua, banyak faktor luar seperti teman, guru dan lingkungan rumah yang
turut memberikan pengaruh pembentukan kepribadian anak tersebut.
Ketiga, metode pendidikan yang diterima anak tidak kalah besar
pengaruhnya. Pola asuh yang dilakukan oleh orang tua, guru di sekolah, bahkan
kakek nenek serta saudara yang lain pun turut memberi andil yang tidak kecil
dalam pembentukan kepribadian anak.
Keempat, di luar faktor-faktor di atas, masih banyak faktor lagi yang
bersifat kondisional, yang menyebabkan anak nampak tak sempurna di mata orang
tua.
Di luar keempat faktor di atas, yang perlu disadari bahwa setiap anak yang
lahir membawa egosentrisme, yang selalu mendorongnya memilih setiap yang
menyenangkan dirinya sendiri.
Fitrah anak-anak adalah semaunya sendiri, tidak peduli kepada orang lain.
Adalah tugas orang tua dan guru untuk menghapus sisi negatifnya, karena
anakanak tidak mampu menghilangkannya sendiri. jika usaha orang tua belum
berhasil, janganlah kesalahan itu ditimpakan kepada anak-anak.
Masalah ini menjadi penting diketahui, sebab seburuk apapun perangai,
sikap, perilaku, dan kepribadian anak, sesungguhnya bukan mutlak kesalahan anak
itu sendiri.
Banyak faktor eksternal yang ikut membentuk kepribadiannya, disamping
faktor bawaan sejak lahir. Karenanya, tidak ada alasan bagi orang tua untuk
ragu-ragu memberi kepercayaan kepada anak-anaknya. Apalagi kepribadian mereka
sesunguhnya masih dalam proses pembentukan, maka inilah kesempatan yang baik
untuk memberi kepercayaan kepada anak, agar mereka tumbuh menjadi pribadi yang
percaya diri.
Anda wajib baca:
EmoticonEmoticon